Pattimura Bukan Kristiani, Melainkan Muslim yang Taat
Ambon (Voa-Islam)- Menurut sejarawan Muslim
Ahmad Mansur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat.
Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah
menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku
adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Seperti diketahui, selama ini, dalam buku-buku sejarah, Kapitan
Pattimura selalu disebut sebagai seorang Kristen. Inilah salah satu
contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minoritas atas sejarah pejuang
Muslim di Maluku dan Indonesia pada umumnya.
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di
Hualoy, Seram Selatan (bukan Sapura seperti yang dikenal dalam sejarah
versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau,
yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula
dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam
bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Mansyur Suryanegara berpendapat, bahwa Pattimura itu marga yang masih
ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang
ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang
mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah
kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo.
Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini
dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal
dengan nama Maluku.
Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini
diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku “Menemukan Sejarah” (yang
menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih
banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau
banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada
gereja.”
Buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M
Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan
dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni
Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang
terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi
nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Jadi asal nama Thomas Mattulessy dalam buku sejarah nasional adalah
karangan dari Sapija. Sebenarnya Mattulessy bukanlah marga melainkan
nama, yaitu Ahmad Lussy (Mat Lussy). Dan nama Thomas Mattulessy
sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku
(yang ada adalah Mat Lussy).
Perjuangan Pattimura
Pattimura bangkit memimpin rakyat Maluku menghadapi ambisi penjajah yang membawa misi Gold (emas/kekayaan), Gospel (penyebaran Injil), and Glory
(kebanggaan). Perlawanan rakyat Maluku dilakukan karena kekhawatiran
dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah Belanda
seperti yang dilakukan masa pemerintahan VOC. Selain itu, Belanda
menjalankan praktik-praktik monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi,
yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada
Belanda. Alasan lainnya, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat,
seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.
Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata.
Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy.
Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya
yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram,
dan tempat-tempat lainnya.
- Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.
ngawur
BalasHapusIni cerita paling ngawur yang adalah hasil mengarang bebas seorang yang ngk jelas asalnya. Silahkan dia datang ke saparua haria utk melihat rumah tempat tinggal pattimura dan bertemu dengan keluarga Thomas Mattulessy yang masih tinggal di rumah tsb, silahkan cek cerita dari negeri sirsori salam yang kapitannya adalah seorang muslim bernama Said Parenta yang menjadi salah satu kapitan pembantu patimuura / thomas matulessy saat itu. Agama tidak pernah menjadi maslah di tanah maluku, kalian yang berotak kotor yang membawa hal itu kesana.
BalasHapusProvokasi banget bahasa nya. mau biking pecah ambon lagi mangkali. Katong samua basudara , jang ada bakalai lai
BalasHapus